Jauh hari, Rasullullah SAW pernah bersabda, "Barang siapa yang bisa memberi manfaat kepada saudaranya, maka hendaklah ia melakukannya.” (HR Muslim)
Hadits tersebut sangat jelas menganjurkan setiap orang untuk saling memberi manfaat kepada satu sama lain tanpa harus ragu. Namun kini, tak jarang orang merasa ragu, takut dan malu untuk saling membantu. Alasan utama mengapa orang akan berpikir dua kali untuk berbuat baik tidak lain adalah variasi respon dari orang lain yang tak melepas kemungkinan akan adanya komentar buruk, tindakan yang kurang baik atau dianggap hanya mencari muka.
Keraguan sendiri telah dijelaskan dalam Quran Surah ke 58 Al Mujaadilah ayat 10 bahwasanya keraguan berbuat baik dipercayai sebagai hasutan atau bisikan setan sekitar.
"Sesungguhnya pembicaraan
rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka
cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikit pun kepada
mereka, kecuali dengan izin Allah.” (Q.S Al Mujaadilah 58:10)
Oleh
karena itu, berbuatlah baik tanpa ragu kepada siapapun. Sangat disayangkan
apabila keraguanlah yang menggagalkan perbuatan mulia tersebut dan membuat
iblis tersenyum bangga atas kesuksesannya menghasut manusia. Ingatlah niatkan
segala perbuatan yang dilakukan untuk mencari rida dari Allah SWT dan memupuk
pahala darinya karena tidak ada balasan untuk perbuatan dengan niat baik
kecuali kebaikan itu kembali. bahkan
Allah telah menjamin kebaikan berbagi tersebut dua ayat kitab-Nya, sebagai
berikut :
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula).” (QS. Ar Rahman : 60)
"Dan kemudian dikatakan kepada orang yang
bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?”Mereka
menjawab,“Kebaikan.”Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan
itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS.
An-Nahl : 30)
Selain
jaminan dari Allah SWT atas perbuatan baik tersebut, beberapa peneliti pun mengatakan
bahwa dengan menebar kebaikan akan menjadikan seseorang pribadi yang positif
dan berbahagia. Menurut Jennifer Trew, seorang peneliti, menyatakan bahwa
perbuatan baik bisa melawan perasaan negatif, mengurangi kadar kecemasan sosial
dan membuat seseorang tidak lagi ingin menghindari situasi sosial. Menurut
Sonja Lyubomirsky, Ph.D., professor psikolog, menyatakan bahwa saat seseorang
baik terhadap sesamanya, orang tersebut akan merasa lebih baik sebagai
individu, merasa lebih bermoral, optimis, dan positif. Hal ini juga didukung
dengan fakta ilmiah yang menunjukan bahwa dengan berbuat baik, otak akan
melepas hormon oksitosin sebagai hormon cinta dan dopamin yang memicu rasa
bahagia. Hormon oksitosin tersebut juga berpengaruh positif pada jantung karena
menyebabkan pelepasan zat nitric oxide yang dapat melebarkan pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah.
Jadi,
masihkah meragu untuk berbuat baik? Jika Ya, ada sebuah kisah yang mungkin
dapat mengurangi keraguan tersebut dan tergerak untuk menebar kebaikan. Kisah
ini sangat terkenal bagi seorang muslim. Kisah tersebut diambil dari kisah
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan diambil bukan semata – mata tanpa
memiliki makna apapun, kisah tersebut menurut penulis dapat menggerakan hati
setiap muslim yang membacanya. Melalui zakat.or.id yang merupakan bagian dari
situs Dompet Dhuafa, penulis mengkutip bagaimana kisah inspiratif tersebut.
Pada suatu hari terdapat seorang pengemis Yahudi buta yang selalu berteriak dan menghina Nabi Muhammad SAW. Pengemis tersebut selalu ditemani oleh seseorang yang senantiasa menyuapi dengan penuh lembut dan kasih sayang. Suatu waktu, seseorang tersebut tidak datang kembali untuk menyuapi dan tergantikan oleh sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar As-Shidiq. Seketika sang pengemis hanya ingin disuapi oleh seseorang sebelumnya dan rasa nyaman dan sayang mengisi hatinya.
Pada suatu hari terdapat seorang pengemis Yahudi buta yang selalu berteriak dan menghina Nabi Muhammad SAW. Pengemis tersebut selalu ditemani oleh seseorang yang senantiasa menyuapi dengan penuh lembut dan kasih sayang. Suatu waktu, seseorang tersebut tidak datang kembali untuk menyuapi dan tergantikan oleh sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar As-Shidiq. Seketika sang pengemis hanya ingin disuapi oleh seseorang sebelumnya dan rasa nyaman dan sayang mengisi hatinya.
Kemudian
satu sahabat terbaik Nabi Muhammad SAW itupun berkata,
“Memang,
benar, Aku bukan orang yang biasa datang membawa makanan dan memberimu suapan
atas makanan itu. Aku memang tidak bisa selemah lembut orang itu.”
“Ketahuilah
bahwa Aku adalah salah satu sahabat orang yang setiap hari menyuapimu tersebut.
Orang yang dulu biasa ke sini dan memberimu makan dan menyuapimu telah wafat.
Aku hanya ingin melanjutkan amalan yang ditinggalkan orang tersebut, karena Aku
tidak ingin melewatkan satu pun amalannya setelah kepergiannya.”
Lalu
si pengemis buta Yahudi tersebut terdiam sejenak dan bertanya kepada Abu Bakar
siapa orang yang selama ini memberinya
makan dan juga menyuapinya.
“Ketahuilah,
bahwa Ia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang
setiap hari kau hinakan dan kau rendahkan di depan orang banyak di pasar ini,”
jawab Abu Bakar kepada pengemis buta itu.
Seketika
pengemis Yahudi yang buta itu tertegun dan kaget terngiang, tak ada kata yang
keluar dari mulutnya namun tampak bibirnya bergetar. Air mata pengemis buta itu
perlahan membasahi pipinya yang mulai berkeriput tua. Si pengemis buta
tersadar, betapa orang yang selama ini ia hinakan justru memperlakukannya
dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Lantas pengemis tersebut merasa
lebih hina dari apapun yang ada di dunia ini.
Ia
seraya berkata
“Selama
ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan saat Muhammad ada di sampingku
sedang menyuapi aku. Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar
melembutkan makanan yang di masukkan ke dalam mulutku. Dia begitu mulia.” Kata
pengemis buta dalam isakannya.
Lantas
seketika saat itu juga, Si Pengemis Yahudi buta segera bersaksi di hadapan Abu
Bakar Ash Shiddiq. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat ‘La ilaha illallah
Muhammadar Rasulullah.’ Pengemis buta memilih untuk memeluk Islam karena kasih
sayang yang disalurkan oleh Rasullullah SAW.
Tidak peduli apa yang diperoleh, dengan berbuat baik akan mengalirkan kebaikan pula. Jadi, berbuatlah baik setelah ini. Apalagi untuk saat masa covid-19 ini, ada baiknya kita bergerak untuk memberi manfaat kepada orang lain seperti berbagi makanan, berdonasi, atau menjadi relawan. Berbagi tidak akan memberatkan asal ikhlas peruntukkannya. Selain itu, ada baiknya kita juga tidak mengharapkan terima kasih dari orang lain karena dapat memperlambat balasan dari Allah SWT, cukup dengan mengharap rida dari Allah SWT dan menjadi sebaik – baik manusia, yaitu yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Tidak peduli apa yang diperoleh, dengan berbuat baik akan mengalirkan kebaikan pula. Jadi, berbuatlah baik setelah ini. Apalagi untuk saat masa covid-19 ini, ada baiknya kita bergerak untuk memberi manfaat kepada orang lain seperti berbagi makanan, berdonasi, atau menjadi relawan. Berbagi tidak akan memberatkan asal ikhlas peruntukkannya. Selain itu, ada baiknya kita juga tidak mengharapkan terima kasih dari orang lain karena dapat memperlambat balasan dari Allah SWT, cukup dengan mengharap rida dari Allah SWT dan menjadi sebaik – baik manusia, yaitu yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Daftar Referensi
- https://zakat.or.id/kisah-teladan-nabi-muhammad/
- https://lifestyle.kompas.com/read/2016/11/14/110600523/menebar.kebaikan.meredakan.kecemasan
“Tulisan
ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh
Dompet Dhuafa”