Call For Paper Mengobarkan Jiwa Pancasila


STUDI PEMUDA PANCASILA DALAM DUNIA TAK BERBATAS

Putri Mandasari



1.        PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia dengan berlandaskan pancasila sebagai pandangan kehidupan, jalan hidup, atau sebagai pegangan hidup telah melalui berbagai peristiwa penting yang mempunyai beragam makna dan arti bagi seluruh komponen bumi nusantara tercinta. Pancasila menjadi hal utama dalam merealisasikan cita – cita bangsa seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Namun, dewasa ini, Bangsa Indonesia dilalui persoalan yang semakin memperpanjang jarak tempuh menuju cita – cita pendiri bangsa dan pembentuk negara merdeka. Satu – satunya jalan menangani persoalan tersebut yaitu dengan mengobarkan jiwa pancasila itu sendiri terkhusus pada generasi milenial penerus bangsa.
Kemunculan teknologi, komunikasi dan informasi canggih tidak terlewatkan bagi generasi pemuda. Pengaruh dunia tak terbatas pun ikut serta didalamnya. Seperti yang kita ketahui bersama, dunia tak berbatas akan membawa dampak besar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Isu – isu miring alias hoax, gejolak politik yang panas, kasus suap yang tiada henti hingga kerusakan alam merupakan beberapa persoalan yang muncul  pada masa ini. Permasalahan – permasalahan tersebut perlu ditanggapi dengan bijak dan akal yang sehat serta benteng dan filter yang kuat. Jika tidak, beberapa permasalahan tersebut akan semakin kompleks dan menciderai pemuda generasi penerus bangsa yang merupakan inti penggerak dan pembangunan nasional dimasa yang mendatang.
Terkait dengan masalah tersebut, paper ini akan membahas mengenai peranan Pancasila menjadi penuntun pemuda generasi bangsa menghadapi dunia tak terbatas. Paper ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan – permasalahan dalam dunia tak terbatas, serta untuk mengetahui cara mengobarkan api pancasilais dalam diri pemuda Indonesia.
  
2.      FAKTA – FAKTA (DATA YANG DIPEROLEH)
Pancasila adalah dasar negara, ideologi negara, sistem filsafat, sistem etika dan dasar dari pengembangan ilmu. Pancasila sebagai ideologi terbuka setidaknya memiliki dua dimensi nilai-nilai, yaitu nilai-nilai ideal dan aktual. Namun nilai-nilai itu kondisinya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawa globalisasi, sehingga berdampak terjadinya pergeseran peradaban, yang juga membawa perubahan pemaknaan dan positioning Pancasila (Sultan Hamengku Buwono X, Kongres Pancasila IV, UGM 2012).
Pengaruh – pengaruh tersebut membutuhkan peran Pancasila yang menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang penunjuk jalan (leitstar) terutama bagi calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa yaitu para pemuda di berbagai bidang dan tingkatan. (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2016. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila) agar dapat menfilterisasi kejadian – kejadian yang tidak dapat dihindari pengaruhnya ke nusantara
Pemuda – pemuda bangsa memiliki karasteristik yang berbeda beda untuk setiap generasi. Sekarang ini, Penanaman Pancasila pada anak muda harus ditambah dengan promis, harapan, bahwa dengan berpegang teguh pada Pancasila kita bisa meraih kemajuan dan prestasi, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Penyampaian yang tidak menarik, akan membuat generasi muda merasa bosan dan kemudian memicu rasa benci. (Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Yudi Latief PhD, www.suryamalang.tribunnews.com, 21 November 2018)
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berpendapat, Kita harus menggunakan metode baru untuk mengenalkan Pancasila. Sebab, sekarang zamannya serba cepat. Pancasila dengan arti sesungguhnya harus hadir meski penyampaiannya dengan cara-cara yang kekinian. Ada banyak metode pembelajaran yang bisa dilakukan oleh para milenial. Apalagi, sekarang ini piranti yang ada sangat mendukung. Pembelajaran nilai-nilai Pancasila bisa melalui vlog. Digital learning lain juga bisa dilakukan. Intinya nilai-nilai Pancasila bisa ditularkan melalui media dan cara familiar yang ada di kalangan para milenial (www.nasional.sindonews.com, 23 November 2018)
Nilai – nilai pancasila yang sudah tertanam dalam jiwa pemuda akan membalikkan kondisi tantangan dunia yang tak terbatas menjadi suatu alat positif yang penting bagi negara. Rektor Universitas Parahyangan, Mangadar Situmorang, memaparkan bahwa Universitas Parahyangan sudah membuktikannya. Keberagaman agama justru sangat menguatkan. Meski Universitas Parahyangan adalah kampus Katholik, namun mahasiswa yang masuk justru sangat beragam. Universitas Parahyangan bukan kampus ekslusif, tapi menerima berbagai latar belakang agama dan kondisi ini justru membuat solid. Toleransi pun juga tumbuh dengan baik. Hal tersebut membuktikan bahwa keberagaman agama justru bisa membuat ikatan erat dalam masyarakat dan juga menimbulkan sikap toleransi yang luar biasa. (www.nasional.sindonews.com, 23 November 2018)
3.      PEMBAHASAN
Perkembangan peradaban di dunia membawa dampak yang beragam jenisnya. Persoalan – persoalan setiap tahun selalu berganti. Salah satunya adalah hoax. Hoax merupakan persoalan yang familiar di peradaban saat ini. Hoax merupakan perbuatan kecil yang memiliki dampak besar dalam kalangan masyarakat, berbangsa, dan bernegara bahkan dapat menimbulkan kesalahpahaman yang berujung kematian
Perkembangan dunia saat ini sangat memerlukan  pengetahuan, pemahaman, dan akal yang sehat dalam menghadapinya. Terutama dalam penggunaan media sosial yang mendukung kebebasan berpendapat setiap orang. Kebebasan berpendapat memang merupakan salah satu bentuk pelaksanaan demokrasi, namun salah jika pendapat yang disampaikan tidak bertanggung jawab terhadap hak pribadi orang lain. Sebuah pendapat yang tidak memiliki bukti dapat merugikan orang. Terlebih lagi ketika kita berpendapat di media sosial.  
Di dunia yang semakin transparan ini, banyak ulah penyebar berita bohong (hoax). Kasus hoax yang menyatakan bahwa orang gila penculik anak misalnya. Kasus yang timbul dari sebuah unggahan berita bohong tersebut telah memakan puluhan korban. Kebanyakan korban kasus tersebut merupakan orang yang sudah tua bahkan lanjut usia yang tidak tahu menahu mengenai kemunculan berita – berita bohong alias hoax tersebut. Beberapa korban bahkan tidak mengerti bagaimana menggunakan media sosial.

Gambar 3.1 Penyebaran Hoax Orang Gila Penculik Anak

Mereka menerima amukan massa yang terburu – buru mempercayai hoax hingga harus dilarikan ke rumah sakit terdekat atau bahkan tewas ditempat. Seperti yang dilansir liputan6.com di daerah Pontianak, seorang kakek – kakek yang bernama Maman Budiman tewas karena dituduh menculik anak, 26 Maret 2017. Kakek yang berusia 53 tahun ini bertujuan mengunjungi cucunya yang tinggal di desa Amawang, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Namun, karena tidak tahu tempat tinggal anak, menantu dan cucunya secara pasti, Maman Budiman kebingungan. Kebingungan tersebut yang menimbulkan warga setempat curiga. Karena gerak-gerik Maman Budiman mencurigakan, masyarakat sekitar lalu mengambil tindakan  sendiri, anarkis, dan membabi buta, dikutip dari perkataan Kapolda Kalimantan Barat, Inspektur Jenderal Polisi Musyafak.  Maman Budiman dinyatakan tewas ditempat dan kemudian dibawa ke RSUD Dr Rubini, Mempawah. (www.liputan6.com, 24 November 2018)
Kasus diatas merupakan satu dari ratusan kasus yang diakibatkan dari berita hoax.
Rentetan kasus akibat hoax menyebabkan pemerintah menetapkan UU No. 1 tahun 2008 tentang ITE guna menjadi batas individu dalam menggunakan hak kebebasannya agar tidak menggangu kebebasan orang lain. (Notanubun, 2014, p. 115)
 Penyebarkan hoax sama halnya dengan mendistribusikan kebohongan. Penyebarkan hoax merupakan perbuatan yang melanggar kordrat kita sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dimana moral dan tanggung jawab melekat didalamnya.              
Penyebaran hoax yang menyebut orang gila penculik anak seperti berita diatas merupakan wujud kebebasan individu  tanpa pelaksanaan tanggung jawab. Hal tersebut bertentangan dengan peri kemanusiaan yang dapat merugikan hak orang lain.
Selain itu, hoax dapat menimbulkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti kasus yang dilansir Okezone News yaitu kasus FPI membakar Ormas GMBI yang terjadi di tahun 2017. Kasus tersebut berawal dari berita bohong yang didapat para anggota FPI dari media sosial bahwa terdapat salah satu anggota FPI yang ditusuk oleh anggota GMBI (www.news.okezone.com, 24 November 2018)

Gambar 3.2 Kasus FPI termakan hoax membakar Ormas GBMI

Hoax dikasus ini menyebabkan fitnah dan disinformasi. Mempropaganda dan memutarbalik fakta untuk menghasut dan membenci orang lain. Dimana perbedaan yang merupakan sumber kekuatan pemersatu bangsa dijadikan sumber perselisihan. Jika persoalan ini dibiarkan akan menyebabkan disintegrasi pada bangsa Indonesia.
Lain halnya jika masyarakat Indonesia menjunjung tinggi dan memahami nilai – nilai dalam Pancasila. Masyarakat Pancasilais akan dapat menyaring kabar – kabar yang ada dan tidak bertindak gegabah karena akan menyangkut masa depan bangsanya. Sikap nasionalisme dan toleransi sangat diperlukan dalam zaman milenial ini. Maka dari itu, pengobaran api Pancasila perlu dilakukan, terutama kepada para generasi bangsa.             
Peran pendidikan merupakan jalan utama untuk mengobarkan pancasila. Sekarang ini, penanaman melalui pendidikan pun memiliki karakteristik tersendiri. Pendidikan saat ini perlu disampaikan dengan cara menarik, tidak membosankan, dan menggunakan komponen yang familiar guna menyesuaikan generasi bangsa zaman milenial. Pendidikan saat ini disarankan banyak menggunakan media sosial, seperti membuat video animasi, vlog, digital learning lain dan
komputer grafik untuk menyebarkan nilai Pancasila. Hal tersebut dipandang sesuai dengan generasi milenial yang erat dengan teknologi, komunikasi, dan informasi.

Gambar 3.3 Pendidikan di Era Milenial

 Materi yang disampaikan harus padat, jelas dan bersahabat. Seperti yang dikatakan Rektor Universitas Pancasila Prof Wahono Sumaryono mengatakan “Diambil filosofinya yang cocok seperti sila ketuhanan, kita tarik agar mereka kreatif menyayangi sesama. Itu dikemas dalam bahasa yang cocok dengan anak gaul. Soal moral, kita contohkan dalam organisasi kita himbau jangan memaksakan kehendak, jangan memandang status ataupun kesukuan, berikan soal kepemimpinan, lalu kita latih dalam kelompok mereka untuk selalu menjunjung tinggi musyarawah, kalau mentoknya voting”. (www.news.okezone.com, 25 November 2018).
Selain dari pendidikan, saat ini juga telah dibentuk  Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) oleh presiden Jokowi sendiri melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 dengan harapan dapat mengajak seluruh instansi pendidikan dan komunitas social dan agama. Dengan pembuatan Unit kerja tersebut menunjukan bahwa Presiden Jokowi telah menyadari minimnya nilai – nilai Pancasila dalam generasi milenial sehingga perlu suatu unit untuk menjamin pelestarian Pancasila
Pendidikan karakter juga dapat membantu generasi milenial meningkatkan sikap nasionalisme dan toleransi. Pendidikan karakter merupakan fondasi awal untuk arah yang lebih baik, menghindarkan diri dari informasi negatif yang menimbulkan salah paham dan hal-hal yang menjurus radikal dan mengancam keberagaman (www.kompasiana.com, 25 November 2018)
Kasus – kasus hoax melalui media sosial seperti dua kasus sebelumnya, dapat dicegah dengan pemanfaatan media sosial itu sendiri sebagai literasi media. Literasi media memberikan edukasi bagi pengguna jejaring sosial. Seperti yang telah dilakukan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) pada website resminya. Kemkominfo memberikan cara – cara menghadapi hoax kepada pengguna jejaring sosial. Berikut cara kominfo mengatasi kasus hoax (1) Hati-hati dengan judul provokatif, (2) Cermati alamat situs, (3) Periksa fakta, (4) Keaslian foto, (5) Ikut serta grup diskusi anti-hoax. (www.kominfo.go.id, 25 November 2018). Dengan literasi media sosial ini, diharapkan generasi milenial yang berkecimpung dalam teknologi tidak terburu – buru dalam menanggapi hoax dan tidak menyebabkan kerugian bagi orang lain.

4.      KESIMPULAN
Dengan demikian, kita mengetahui permasalahan – permasalahan dunia yang tak terbatas ini disebabkan oleh melemahnya pemahaman dan penghayatan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan zaman milenial. Dengan melakukan langkah – langkah  pengobaran jiwa Pancasila dapat memberikan solusi yang tepat untuk menghadapi dunia yang tak terbatas. Penyebaran nilai Pancasila dengan cara yang menarik akan berkesan dan membekas dalam diri pemuda generasi penerus bangsa di zaman milenial.
5.      DAFTAR PUSTAKA
(Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2016. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Mahfud Mohammad, dkk. (2012). Prosiding kongres pancasila iv : strategi pelembagaan nilai-nilai pancasila dalam menegakkan konstitusionalitas Indonesia / Rektor Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: PSP UGM. Diambil dari www. books.google.co.id
Faqihuddin, Nail Hikam. 2017. Ancaman Hoax Terhadap Sila Persatuan Indonesia Dan Pentingnya Literasi Media. Makalah Tugas Akhir. Universitas Gadjah Mada
Asti, Maria. (2017). Kompasiana. Diambil 25 November 2018 dari www.kompasiana.com
Bhayangkara, Chyntia Sami. (2018). Okezone News. Diambil 24 November 2018 dari www.news.okezone.com
Fajardin, Mohammad Atik. (2018). SindoNews.com. Diambil 23 November 2018 dari www.nasional.sindonews.com
Hasanah, Neneng Uswatun. (2017). SuryaMalang.com. Diambil 21 November 2018 dari www.suryamalang.tribunnews.com
Kementrian Komunikasi dan Informatika. (2017, 19 Januari). Ini Cara Mengatasi Berita “Hoax” di Dunia Maya. Diambil 25 November 2018 dari www.kominfo.go.id
Muntinanto, Wahyu. (2018). Okezone News. Diambil 25 November 2018 dari www.news.okezone.com
Raden, A.M.P. (2017). Liputan6. Diambil 24 November 2018 dari www.liputan6.com